Review Jujur Samsung Galaxy J7 prime: Menyesal Dengan Experience-nya Skip to main content

Review Jujur Samsung Galaxy J7 prime: Menyesal Dengan Experience-nya




What's  going on? 
Apa yang bisa buat saya moveon ke samsung? Padahal saya sebenernya Sony fanboy, hp saya dari smp sampe kuliah semester pertama selalu Sony total ada 3 series Xperia yg pernah saya pakai, 2 ber-ending dengan hilang dan satu terakhir saya memutuskan buat ganti ke samsung karena spare part Sony yang langka, padahal devices saya cuma rusak bezels dan Power button, tapi saya kesusahan mencari service yg bisa membetulkan hp ini. 
Ok kali ini adalah Review Jujur saya mengenai experience saya yang pertama menggunakan device samsung. 
Pada budget rentang ini saya tadinya memutuskan untuk  membeli Xperia z3 plus di bukalapak dengan harga Rp. 3.900.000 hanya berbeda sedikit dengan J7 prime yang saya beli di galaxy store serang Rp. 3.800.000 dengan beberapa pertimbangan saya mencoba break dulu dari Sony. 

First impressions :
Dengan design yang menawan karena berbahan metal dan ada ciri khas tersendiri dari hp ini dan membuat kesan premium yang keren, to be honest alasan saya tidak suka Samsung karena design nya yg mainstream, maksudnya adalah dari segmen atau tipe tertentu tidak ada perbedaan design yang khas, hal ini bisa kita temui pada seri j7 semuanya hampir sama atau memang sama, tapi untuk seri J7 prime ini say anggap Samsung membuat ciri khas tersendiri untuk hp ini dengan aksen premium. 

Design :
Penempatan speaker yang di samping kanan atas patut dikecewakan karena jika Kita sedang menggunakan aplikasi pada mode landscape akan mudah tertutup tangan. 
Saya sebenarnya tidak terlalu suka konsep seluruh colokan disimpan di bawah karena menurut saya itu terlalu ringkih buat potong, saya lebih prefer to pada colokan di samping atas device, karena lebih aman. 
Kamera belakang yang tidak menonjol atau timbul ke depan adalah keunggulan sendiri karena membuat tidak mudah untuk tergores. 
speaker disisi kanan terasa sangat menganggu




penempatan seluruh colokan dibawah

User interface :
Kesan pertama menggunakan Android customize versi Samsung adalah tidak user friendly, dengan sorting setting yang terlalu ribet membuat  pusing penggunanya, contohnya hanya untuk security ada 3 menu yg memusingkan, untuk pengaturan seluler, storage,  juga sama yaitu dibagi menjadi beberapa bagian. Home yang tidak  bisa di explore lebih seperti mengganti ikon design, double tap to lock Dan pencarian aplikasi yg terintegrasi ke playstore. 
Saya  kali ini akan membandingkan User interface Xperia ya karena saya selama ini memakai device ini. 
Sony lebih rapih dan terorganisir sehingga gabakalan pusing mencari setting. 
Menumpuknya aplikasi stock sangat mengecewakan penggunanya karena mostly aplikasi itu hanya menjadi pajangan dan mirisnya tidak bisa dihapus. 
Menu setting yang ribet





 Bandingkan dengan Xperia



Aplikasi Stock yang menyebalkan




Kamera :
Untuk kamera depan memang tidak bisa diragukan kualitas selfie sangat baik,  karena secara default mode selfie dengan beberapa pemolesan wajah ada, tapi disini tidak ditemukan mode manual dalam artian mode turn off selfie, hal ini salah satu kekurangan karena tidak semua orang menyukai filter kan? Kemudian wide selfie yang jadi keunggulan hp ini, juga sulit dioprasikan. Kekurangan yang lain juga tidak tersediannya flash pada kamera depan. 
Untuk kamera belakang untuk hasil foto siang hari memang bagus dengan fokus yg ga lelet2 amat, tapi mode manual yg sangat terbatas membuat pengalaman photography kita tidak terlalu mengasikan, kita cuma bisa setting iso, cahaya dan basic setting lain. 
selfie pada malam hari dengan kualitas yang baik



hasil kamera belakang auto






Hasil kamera pada cahaya yg rendah,  sangat mengecewakan meskipun menggunakan mode HDR,  perbandingan HDR Sony dengan Samsung padahal saya menggunakan Sony lawas keluaran 2014:
HDR J7 PRIME (13MP) VS XPERIA T2 ULTRA (13MP)



Performance:
Sangat disayangkan dengan ram besar namun tak dimaksimalkan yaitu seringkali app harus di restart ulang jika ingin memainkan kembali pada recent app. Prosesor juga kadang kelelahan jika memainkan Game berat seperti modern combat 5, hal ini terbukti dengan graphics yg jelek dan gerakan tidak mulus. 
Untuk ram 3GB dan prosesor octa core cukup mengecewakan. 

Layar :
Suatu kesalahan fatal bagi saya karena tidak menilik layar apa yang digunakan oleh Samsung kali ini, karena pada J7, J7 2016 menggunakan layar super amoled jadi saat itu saya berfikiran bahwa prime menggunakan amoled namun setelah saya lihat lebih dalam ternyata prime menggunakan TFT yap TFT! Salah satu layar mode lawas, namun tenang saja Samsung ternyata menambahkan teknologi LPS yang mirip IPS, sehingga warna akan sama walaupun dilihat di sudut manapun yang saya dengar tipe layar ini bakalan mengganti layar amoled pada range menengah, dikarenakan lebih hemat energi dan operasional produksi lebih murah. 
Resolusi full HD membayar penyesalan saya terhadap device ini. Namun hal yang membuat saya tidak nyaman yaitu kontras yang berlebihan. 


Fitur 
Samsung sangat pintar, seakan membodohi penggunanya, Samsung tidak menyematkan sensor cahaya dan gryschope mungkin Samsung berpikiran penggunanya takan merasa ngeh terhadap keberadaan dua sensor ini, hal ini mengakibatkan tidak adanya Fitur adaptive cahaya ataupun anda tidak akan bisa menikmati 360° video atau AR. Hal lain yang sangat mengecewakan adalah absennya kompas pada tipe ini. 
Internal yang besar dan dapat ditambah dengan slot , Micro USB serta Samsung cloud 15 Gb sangat cocok bagi anda yang hobi  menyimpan banyak aplikasi dan file. 

Media
Tampilan album yang mengecewakan dan aplikasi musik stock Google play music yang membosankan terbayar dengan kualitas speaker yang baik di kelasnya. 


Kesimpulan :
Jika anda fanboy Samsung dan inilah device terbaik pada range ini, namun untuk kepuasan experience saya lebih menyarankan anda untuk melirik Xperia z3 plus,M5 atau Asus.


Review jujur #2: Xperia XA1 ULTRA, cukup gak minta lebih!

Comments