Sebagian orang memang sering kali
menilai sesuatu hal pasti dalam sudut negative pada saat first impresionnya,
memang tidak ada yang salah dengan hal itu, namun seringkali kesalahan yang
sebenarnya tidak terlalu penting menutupi hal yang positif yang sebenarnya
sangat penting untuk digali. Memang agak sulit jika point of view kita hanya
terfokus pada satu aspek saja, kadang hal ini terjadi pada saya, namun kadang-kadang
ketika saya memikirkanya lagi saya pikir pasti ada sisi yang baik yang dapat
dipelajari.
Hal
ini terjadi ketika saya melihat teman saya secara nekat memanjat lantai satu
untuk menaiki lantai dua disekolah saya karena dia terlambat, sialnya ada guru
yang tahu ketika dia melakukan itu, secara otomatis dia dipermalukan didepan
seluruh angkatan saat upacara bendera, hal itu sungguh membuat saya geram,
karena saya malu, dia adalah teman sekelas saya dan saya adalah ketua kelas.
Seperti saya bilang tadi saya mencoba melihat brightside dari insiden tersebut
saya sadar bahwa dia memang salah namun yang dia lakukan juga memiliki niat
yang baik, setidaknya dia melakukan itu karena ingin sekolah, dia tidak
memikirkan untuk bolos atau semacamnya.
Tak
lama ini saya mendengar ada insiden di kota saya bahwa seorang laki-laki
dituduh maling motor dan mendapatkan tindakan kekerasan bahwa dia hampir
dibakar, untung saja ada polisi yang datang untuk menindak apa yang terjadi,
dan tragisnya ternyata laki-laki itu hanya memakirkan motor penuduh tersebut
karena menghalangi motornya. Hal ini adalah tamparan keras bagi mereka untuk
tidak main hakim sendiri, memang banyak faktor logis yang menyebabkan hal ini
terjadi,tapi yang paling utama adalah kepercayaan terhadap penegak hukum sangat
kurang. hal ini terbukti ketika paman saya memberikan informasi bahwa agen dan
nelayan yang melakukan transaksi pada ikan yang dilindungi, dengan mudahnya
bebas dengan membayar uang ratusan juta. Apalagi dalam proses administrasinya,
contohnya kedua tetangga saya yang habis-habisan menjual asetnya demi anaknya
yang ingin masuk pada instansi hukum dan peradilan, saya bisa berkata ini
karena saya melihat hal ini, dan banyak sekali pembelaan terhadap ini dengan
mengatakan bahwa ini hanyalah oknum, saya pikir jikalau oknum takan terstruktur
secara masive pada setiap sendi-sendi peradilan ini. Namun saya pikir yang
sangat menyedihkan adalah mereka itu sendiri yang suka dengan adanya
kesemerautan hukum ini karena dengan mudah dapat mengkontrol.
Tak
lama ini mereka kembali dikejutkan pada peristiwa kekerasan pada mahasiswa UII
yang mengakibatkan tewasnya 3 orang dan belasan dirawat di rumah sakit, karena kebejatan
ini mereka berbondong-bondong untuk bersimpati di media sosial. Apakah kegiatan
“bullying” ini memang baru terjadi di tahun ini saja?. Saya pikir mereka saat
ini membutuhkan korban terlebih dahulu untuk meningkatkan awareness , saya tidak mencoba terbutakan dengan apa yang saya ketahui, dimana hal
bullying semacam ini seakan menjadi kebiasan jelek yang sudah tak dianggap.
Bangsa
ini seakan harus ditegur terlebih dahulu jika ingin bergerak, saya sungguh tak
ingin penyesalan yang hanya akan dirasakan, kasus terkini contohnya mereka saat
ini sungguh sangat senang melakukan kegiatan yang memacu pertikaian tanpa
melihat kelanjutanya apa dampak yang akan terjadi. Rasa menjadi manusia yang
benar sudah mengotori hati manusia saat ini, dimana sangat senang beradu verbal
yang nyatanya berdampak buruk bagi kedua pihak. Yang dilakukan hanya mencari
kesalahan dan kesalahan, tanpa melihat sisi yang lebih bermanfaat.
Saya
melihat saat ini mereka lebih tertarik kegaduhan, dimana dengan mudahnya
terpecah pada suatu hal yang nyatanya tak terlalu berguna, terpecah soal suku,
terpecah saat menerima kritikan, terpecah karena club olahraga, terpecah karena
merasa sanjungannya tak di hormati atau hal yang lainya.
Mencegah
terjadinya konflik saat ini sudah tak dilirik, mereka lebih senang untuk
mempergaduh suasana sampai sadar apa yang dilakukanya hanya menyakiti diri
sendiri, dan sayangnya sudah terlambat untuk mencegah hal itu.
”Satu jerawat di mukamu akan lebih dipandang mereka, daripada keseluruhan
fisikmu”
Karena mereka hanya tertarik pada kekurangan.
Entah siapalah yang dimaksud “mereka” itu.
Comments
Post a Comment